Profil Desa Sangge
Ketahui informasi secara rinci Desa Sangge mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Sangge, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, sebuah desa perajin yang dikenal sebagai salah satu sentra UMKM emping melinjo. Perekonomiannya ditopang oleh tiga pilar: ketangguhan pertanian tadah hujan, kreativitas industri rumahan dan dukungan ekonom
-
Sentra Emping Melinjo
Desa ini merupakan salah satu pusat produksi emping melinjo yang signifikan di wilayah Klego, sebuah industri rumahan yang menjadi ciri khas dan sumber pendapatan penting bagi masyarakat, terutama kaum perempuan.
-
Ekonomi Tiga Pilar yang Tangguh
Perekonomian desa ini berdiri di atas tiga pilar yang saling menguatkan, yaitu sektor pertanian lahan kering (palawija dan melinjo), industri rumahan kreatif (emping melinjo), dan remitansi dari para perantau.
-
Wadah Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Industri emping melinjo yang didominasi oleh kaum perempuan telah menjadi motor penggerak penting bagi pemberdayaan dan kemandirian ekonomi para ibu rumah tangga di Desa Sangge.
Di tengah lanskap perbukitan Kecamatan Klego yang menuntut warganya untuk ulet dan kreatif, Desa Sangge hadir dengan sebuah melodi ekonomi yang khas. Melodi itu bukanlah alunan musik, melainkan bunyi ritmis dari palu-palu kecil yang menipiskan biji melinjo di atas landasan batu. Dari aktivitas sederhana di teras-teras rumah inilah lahir sebuah produk unggulan yang menjadi penopang ekonomi dan kebanggaan desa: emping melinjo yang gurih dan renyah.
Desa Sangge ialah sebuah contoh nyata dari sebuah komunitas yang tidak hanya pasrah pada kondisi alam, tetapi secara aktif menciptakan nilai tambah dari sumber daya yang ada. Kehidupan di desa ini disangga oleh tiga pilar kokoh: ketangguhan para petani di lahan tadah hujan, kerja keras para perantau yang membangun kampung dari kejauhan, dan yang paling menonjol, kreativitas para perajin emping yang mayoritas merupakan kaum perempuan. Sinergi ketiganya membentuk sebuah fondasi ekonomi yang tangguh dan berkarakter.
Sejarah "Sangge" sebagai Penopang Komunitas
Asal-usul nama Desa Sangge, menurut penuturan para sesepuh, sering dikaitkan dengan kata dalam bahasa Jawa, sangga, yang berarti menyangga, menopang, atau pilar. Filosofi ini diyakini mencerminkan peran historis desa sebagai "penyangga" atau pilar pendukung bagi komunitas yang lebih besar di sekitarnya, atau sebagai tempat yang kokoh untuk berlindung pada masa-masa sulit.
Secara historis, Desa Sangge, seperti desa-desa tetangganya di Kecamatan Klego, merupakan sebuah pemukiman yang berakar pada tradisi agraris lahan kering. Masyarakatnya hidup dari mengolah tegalan dan sawah tadah hujan. Namun semangat "penyangga" yang melekat pada namanya seolah terwujud dalam realitas ekonomi modern. Desa ini tidak hanya ditopang oleh satu sumber penghidupan, melainkan oleh beberapa pilar sekaligus, yang membuatnya mampu bertahan dan terus berkembang di tengah berbagai tantangan.
Geografi, Administrasi, dan Data Desa
Secara administratif, Desa Sangge merupakan salah satu dari 13 desa di Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Boyolali, luas wilayah desa ini mencakup 5,11 kilometer persegi. Sebagian besar dari wilayah ini dimanfaatkan sebagai lahan pertanian kering, perkebunan melinjo rakyat, dan pemukiman.
Dengan jumlah penduduk pada akhir tahun 2023 yang tercatat sekitar 4.320 jiwa, tingkat kepadatan penduduknya berada di angka 845 jiwa per kilometer persegi. Pemerintahan desa dijalankan oleh seorang Kepala Desa yang berperan dalam memfasilitasi program-program pembangunan dan pemberdayaan. Adapun batas-batas wilayah Desa Sangge meliputi:
Berbatasan dengan Desa Bade
Berbatasan dengan Desa Sendangrejo
Berbatasan dengan Desa Kalangan
Berbatasan dengan Desa Klego
Tiga Pilar Ekonomi Desa Sangge
Perekonomian Desa Sangge dapat digambarkan sebagai sebuah bangunan kokoh yang ditopang oleh tiga pilar utama.
1. Pertanian Tadah Hujan. Ini merupakan fondasi dasar dan pilar tertua. Para petani di Sangge mengolah lahan mereka dengan pola tanam yang disesuaikan dengan curah hujan. Komoditas utamanya meliputi padi gogo, jagung, dan singkong. Di antara tanaman semusim tersebut, tumbuh tanaman keras yang menjadi bahan baku industri andalan desa, yaitu pohon melinjo (Gnetum gnemon). Pohon ini banyak ditanam di pekarangan rumah dan kebun-kebun warga, menjadi sumber daya alam yang vital.
2. Industri Rumahan Emping Melinjo. Pilar inilah yang memberikan identitas unik bagi Desa Sangge. Hampir di setiap dusun dapat ditemui aktivitas pembuatan emping melinjo. Industri ini merupakan contoh sempurna dari ekonomi kerakyatan yang memberikan nilai tambah pada hasil bumi. Prosesnya yang padat karya dan membutuhkan keterampilan khusus meliputi:
Penyangraian biji melinjo di atas pasir panas.
Pemecahan kulit keras biji melinjo saat masih panas.
Penipisan atau pemipihan biji melinjo dengan palu khusus hingga menjadi kepingan tipis.
Penjemuran emping mentah di bawah sinar matahari.
Emping melinjo dari Sangge dikenal memiliki kualitas yang baik dan telah dipasarkan ke berbagai pasar tradisional di Boyolali, Salatiga, dan sekitarnya.
3. Perantauan. Seperti desa-desa lain di Klego, merantau menjadi strategi ekonomi yang umum bagi generasi muda. Kiriman uang (remitansi) dari para perantau yang bekerja di kota besar menjadi pilar ketiga yang menyuntikkan likuiditas dan modal ke dalam desa, membantu membiayai konsumsi, pendidikan, dan pembangunan rumah.
Emping Melinjo sebagai Simbol Pemberdayaan Perempuan
Salah satu aspek paling menonjol dari industri emping melinjo di Desa Sangge ialah peran sentral kaum perempuan. Sebagian besar perajin emping merupakan ibu-ibu rumah tangga. Bagi mereka, membuat emping bukan sekadar pekerjaan, melainkan sebuah aktivitas produktif yang dapat dilakukan di sela-sela mengurus rumah dan keluarga.
Industri ini telah menjadi motor penggerak pemberdayaan ekonomi perempuan di tingkat akar rumput. Ibu-ibu ini mampu menghasilkan pendapatan sendiri, meningkatkan kemandirian finansial, dan turut menopang ekonomi keluarga secara signifikan. Teras-teras rumah di Desa Sangge seringkali menjadi ruang produksi sekaligus ruang sosial, di mana para perempuan bekerja sambil berbincang dan menjaga anak-anak mereka.
Visi Pembangunan: Meningkatkan Nilai Jual Produk Unggulan
Meskipun industri emping melinjo telah menjadi tulang punggung, masih terdapat tantangan dalam hal peningkatan skala dan nilai jual. Sebagian besar produk masih dijual dalam bentuk curah dengan kemasan sederhana ke para tengkulak. Melihat potensi ini, Pemerintah Desa Sangge memiliki visi untuk mengangkat produk unggulan ini agar "naik kelas".
Kepala Desa Sangge, Bapak Muh. Zunaidi, mengungkapkan komitmennya. "Emping melinjo Sangge sudah terkenal kualitasnya di pasar lokal. Tugas kami sekarang adalah membantunya `naik kelas`. Dengan kemasan yang lebih baik, label yang menarik, dan pemasaran yang lebih modern seperti melalui media sosial, kami yakin emping dari Sangge bisa menjadi oleh-oleh khas Boyolali yang dicari banyak orang," jelasnya.
Rencana ke depan meliputi pelatihan mengenai pengemasan modern dan higienis, fasilitasi untuk mendapatkan sertifikasi produk (seperti P-IRT), dan pemanfaatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai agen pemasaran kolektif. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan emping melinjo tidak hanya menjadi penopang ekonomi, tetapi juga duta yang membawa nama harum Desa Sangge ke pasar yang lebih luas.
